14 February 2009

Valentine's Day ( Bag. 2 )

Baru pada masa Kaisar Constantin (280-337M) upacara tersebut mendapat tambahan. Kaisar pertama pemeluk agama nasrani ini memberi peluang kepada gereja untuk memeberi pengaruhnya. Upacara tambahannya dimulai dengan pesan-pesan cinta yang disampaikan oleh para gadis yang diletakkan dalam sebuah jambangan kemudian diambil oleh para pemuda. Setelah itu mereka berpasangan dan berdansa dan diakhiri dengan tidur bersama yang lengkap dengan perzinahannya. Pada tahun 494 M, dewan gereja yang dipimpin Paus Galsium I mengubah upacara Lupercalia itu dari tanggal 15 Februari menjadi 14 Februari yang pada tahun 496 M ditetapkanlah sebagai Valentine’s Day sekaligus untuk menghormati Santo Valentino.

Bertitik tolak pada uraian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa, pertama, Valentine’s Day berakar dari upacara keagamaan ritual Romawi kuno menyembah dewa mereka yang dilakukan dengan penuh kemusyrikan. Kedua, yang biasa dilaksanakan 15 Februari tersebut pada tahun 495 M oleh Paus Galsium I diganti menjadi 14 Februari. Ketiga, masyarakat dunia menerima, lantas “hari” itu disebarluaskan dengan dalih “ hari kasih sayang” yang kini telah tersebar di berbagai negeri yang mayoritas penduduknya Islam. Hal ini dapat dilakukan hanya dengan kekuatan media yang sangat kuat.

Kini, permasalahannya telah jelas bahwa Valentine hanyalah tradisi Nasrani yang bila kita telusuri ternyata berakar dari kebudayaan Romawi purba. Lantas, benarkah Valentine itu adalah hari penyebaran kasih-sayang dan menyatakan cinta? Memang, sangat memprihatinkan bila kita rasakan! Bukankah dengan demikian seolah-olah Islam tidak mengenal cinta kasih. Padahal, dalam Islam, ajaran cinta kasih memiliki kedudukan tersendiri dengan skala prioritas dan kemuliaan.

Kelicikan musuh Islam untuk menipu ummat Islam memang sangat luar biasa, karena mereka menghalalkan segala cara. Valentine’s Day yang berbau syirik tersebut bisa terbungkus dan terpoles rapi hingga diminati dan digandrungi oleh sebagian kecil generasi muda Islam dengan yang tidak memiliki Furqon. Invasi Pemikiran (Ghazwul fikri) yang gencar ini tidak luput mendapat dukungan dari media cetak dan elektronik. Keduanya ikut mempromosikan Valentine’s Day kepada para pembaca dan pemirsanya dengan berbagai macam cara untuk menarik simpati.

Untuk itulah penting bagi kita menghindarkan diri dari dan menjauhkan diri dari taqlid buta, agar tidak terperdaya oleh musuh-musuh Islam dan hanyut dalam peniruan yang membabi buta kepada mereka tentang hal yang membahayakan aqidah dan tidak bermanfaat.

Kini layaklah kiranya, bila masalah ini agaknya menjadi permasalahan penting bagi ummat, khususnya generasi muda Islam. Dalam arti bahwa masalah ini mendesak dicarikan jalan keluar. Betapa tidak, karena taqlid buta yang merasuki jiwa muda muslim dan semangat menegakkan dienullah sudah mulai pudar di kalangan generasi muda kita. Untuk itu, kita tidak boleh terkecoh dengan kemasan Valentine’s Day yang tidak lain merupakan piranti efektif musuh-musuh Islam untuk menjauhkan , menggerogoti aqidah dan mengoyak akhlak serta tali ikatan generasi muda Muslim dengan Rabb-Nya.

Kini jelaslah bahwa Valentine’s Day merupakan baudaya asing (non-Islam). Mengikutinya berarti ikut serta menghidupkan dan melestarikan budaya jahilliyah yang nyata-nyata bertentangan dengan syariat Islam. Sabda Rasulullah SAW : “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia tergolong kaum it” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Pertanyaannya, akankah generasi muda Muslim kita digerogoti aqidahnya dan dicabik-cabik akhlaknya serta dijauhkan tali ikatannya dengan Rabb-Nya?

1 comments:

Ficky Fauzie said...

test ah ! =))

Post a Comment

Bagi pemirsa yang ingin memberikan/ mengeluarkan opininya silahkan tulis di sini.. Terima Kasih.